Kamis, 13 November 2008

Hari-hari Menjelang Theys Diculik (Bagian 3 - Habis)

Pengkondisian dan Kesaksian
Penculikan dan pembunuhan ini sendiri bagian dari upaya sistematis dan sudah direncanakan jauh hari oleh tim Kopasus sehingga tidak bisa dipungkiri merupakan bagian dari kejahatan institusi, bukan perorangan. Selain dengan cara-cara yang dilakukan anggota Kopasus seperti mendatangi rumah Theys dan anggota PDP lainnya, di Jayapura juga dilanda isu mengenai keberadaan drakula.

Sekitar tiga hari berturut-turut sebelum kejadian penculikan, harian lokal, Cenderwasih Pos, memuat berita mengenai adanya drakula di sekitar jalan baru pasar Youtefa – sekarang kami lebih gampang menyebutnya sebagai ‘jalan drakula’ – persis di jalan yang kemudian digunakan untuk lintasan penculikan. Kenapa isu itu sengaja dilontarkan?

Sebab saat itu pasar Youtefa sementara dibangun, dan untuk mengejar target penyelesaian, maka orang dipaksa bekerja hingga malam hari. Sedangkan isu drakula ditiupkan agar orang tidak lagi bekerja pada malam hari karena takut, dan memang akhirnya tidak ada yang mau bekerja pada malam hari. Tujuan dari penculik adalah jelas, dengan tidak adanya aktifitas di sekitar jalan tersebut pada malam hari, maka akan meminimalkan saksi yang akan melihat adanya mobilisasi kendaraan yang tidak wajar pada malam saat eksekusi Theys dilakukan.

Sayangnya, karena waktu itu adalah malam Minggu, maka jalan masih ramai. Sehingga banyak sekali orang yang tetap melihat kejadian tersebut. Seperti saksi yang membawa mobil tanki dan berselisih di daerah Koya dengan mobil Theys bernomor polisi DS B 8997 TO. Saksi yang melihat seorang pria menunggu mobil pick up di jalan menuju vihara. Saksi yang melihat ada orang sibuk mengawasi jalan dan memungut sepatu dan handphone di sekitar TKP.

Juga saksi yang mobilnya ditumpangi Aristoteles Masoka ketika minta diantarkan kembali ke markas Kopasus. Termasuk juga saksi yang waktu itu sedang mencuci piring di dapur markas Kopasus setelah pesta. Saksi itu melihat ada seorang yang masuk sambil mengusap-usap wajahnya dan dengan nada pasti melaporkan kejadian penculikan tersebut. Saksi sempat melihat seseorang merampas handphone dari tangan Aris Masoka lantas dia ditarik ke ruang yang lebih khusus. Inilah kali terakhir Aris Masoka dilihat oleh orang lain, selain anggota Kopasus tentunya.

Dalam teori investigasi, yang harus diminta pertanggungjawaban mengenai keberadaan seseorang adalah orang yang terakhir terlihat bersamanya. Informasi ini jelas bisa didapat dari keterangan saksi-saksi yang ada. Dari orang itulah, keberadaan seseorang ditelusuri, terlepas apakah orang tersebut melakukan kejahatan atau tidak. Namun anehnya, isu keberadaan Aris Masoka malah ditiupkan menjauh dari markas Kopasus Tribuana di Hamadi. Ada yang mengatakan Aris Masoka sudah kembali ke rumahnya di kampung Harapan di Sentani. Tak kurang saat itu, satu regu polisi langsung bersama Kapolda sempat menuju rumah Aristoteles untuk mengetahui keberadaan informasi ini. Ada juga yang mengatakan Aristoteles ke PNG, bahkan ada yang bilang Aristoteles sudah di Israel. Ada beberapa saksi yang kemudian diintimidasi, seperti ketika dilakukan pemeriksaan di Polresta Jayapura. Mereka dibuntuti juga pada saat rekonstruksi di Entrop, tempat penculikan terjadi.

Kembali ke soal penculikan Theys. Setelah menerima telepon yang terburu-buru dari Aris Masoka, istri Theys kemudian menelephon beberapa anggota Kopasus yang biasa datang berkunjung ke rumah mereka di Sentani. “Mereka biasa masuk langsung pergi cari makan di dapur, ada juga yang paling suka daging babi. Jadi saya telepon dia”, kata istri Theys. Salah seorang anggota Kopasus yang dihubunginya berjanji akan melaporkan hal itu ke komandan mereka, Letkol Inf. Hartomo.

Tak lama kemudian istri Theys menelephonnya kembali, tapi jawabnya ketika itu adalah, “HP komandan mati”. Padahal dari pemeriksaan pihak Polisi dan POMDAM (Polisi Militer Kodam), terlihat data komunikasi telepon dari beberapa orang seputar kejadian tersebut, termasuk pembicaraan yang berulang kali antara anggota Kopasus yang dihubungi istri Theys tersebut dengan Hartomo. Lebih aneh lagi ketika diperiksa oleh pihak POMDAM, Hartomo masih mengelak dan mengatakan tidak memiliki handphone. saat itu juga istri Theys menunjukkan nomor telephonnya.

Istri Theys diperiksa dan diambil keterangannya di POMDAM Jayapura. Pada hari persidangan, Istri Theys diminta untuk hadir sebagai saksi pada persidangan di Pengadilan Militer Surabaya. Namun karena masih trauma dan demi pertimbangan keamanan, beliau tidak bersedia memberikan kesaksiannya di Surabaya, kesaksiannya hanya dibacakan pada persidangan tersebut.

Penyidikan dan Persidangan
Memang pengungkapan penculikan dan pembunuhan Theys Eluay bukanlah hal yang mudah, karena melibatkan institusi elit di negeri ini. Langkah berani dan luar biasa telah dilakukan oleh Kapolda Papua, saat itu Irjen Pol. I Made Mangku Pastika. Beliau tidak henti melakukan koordinasi dan saling bertukar informasi. Pada satu kesempatan, beliau mengundang beberapa Penasehat Hukum berkunjung ke ruang kerja beliau. Pada saat itu, beliau mengatakan bahwa pengungkapan kejadian penculikan dan pembunuhan Theys seperti menyusun sebuah puzzle, “kita hampir menyelesaikan tahap yang paling sulit”, ujarnya.

kepada pers, Mangku Pastika mengatakan bahwa ibarat menggambar seekor anjing, “sudah kelihatan moncongnya”, katanya. Kala itu, Polda Papua berada dalam situasi yang sangat sulit, pasukan juga disiapkan berjaga-jaga di Mapolda. Keberanian beliau untuk menurunkan tim penyidik ke markas Kopasus, mengambil gambar semua anggota Kopasus, bahkan sempat melakukan pemeriksaan di bangunan luar dan dalam, adalah keberanian yang sulit untuk dilakukan oleh seorang petinggi Polisi. Saat melakukan itu, tim Polda turun dengan di-back up oleh pasukan yang bersiaga penuh di sekitar jalan.

Walaupun sudah begitu banyak bukti, nampaknya Kopasus tetap tidak mau institusinya terlibat. Misalnya yang nampak pada perdebatan antara PH Theys dan PH Hartomo menjelang persidangan para anggota Kopasus Tribuana. Para Terdakwa mengatakan, bahwa saat itu mereka hanya menanyakan apakah Theys masih mendukung Papua Merdeka? Menurut mereka, dengan pertanyaan itu telah membuat Theys menjadi terkejut dan gugup sehingga menyebabkan serangan jantung yang kemudian mengakibatkan kematiannya. Padahal kenyataannya, Theys biasa mendengarkan pertanyaan serupa. Dalam sehari saja, bisa lebih dari 3 kali pertanyaan itu diajukan kepadanya, dan selalu dijawab dengan nada yang tegas dan ringan sambil tertawa.

Persidangan terhadap Hartomo dkk, telah berakhir. Upaya untuk mengungkapkan pelaku penculikan dan pembunuhan Theys Eluay adalah suatu hasil yang agak berbeda dari pembunuhan yang dialami oleh para tokoh politik lainnya. Akan tetapi terungkapnya peristiwa dan penculikan tersebut karena yang terbunuh adalah seorang pemimpin Papua yang mendapat sorotan dari segenap penjuru dunia dan penyidikannya dimotori oleh seorang perwira tinggi pemberani yang tidak lahir setiap tahun. Bisakah peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap rakyat Papua lainnya terungkap?

Hartomo dkk, telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah. Tetapi di mata para jenderal, mereka malah dianggap ‘pahlawan’. Lebih dari itu, siapa yang tahu bahwa para Terdakwa benar-benar menjalani hukuman? Lebih menyedihkan lagi karena peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap Theys Eluay dianggap sebagai kriminal biasa. Mungkinkah terjadi perkara kriminal biasa bila melibatkan institusi elit keamanan, dilakukan secara beregu dan memiliki rantai komando yang jelas?

0 komentar:

hardin-andawat.papua